Saya adalah seorang Muslim yang sejak kecil, karena memang orangtua saya adalah seorang Muslim yang mendidik saya sebagi seorang Muslim sejak kecil pula. Bagi saya ini adalah suatu anugrah karena saya sudah menjadi Muslim sejak dilahirkan.
Walaupun saya seorang Muslim sejak kecil tetapi tidak sepenuhnya faham dengan tuntunan-tuntunan yang ada di dalam pedoman hidup sebagai seorang Muslim yaitu Alqur'an dan Hadist yang jika diurai akan menjadi berbagai kitab tuntunan lainnya seperti Ilmu fiqih, Tasawuf dan banyak lainnya. Mungkin ini tidak terjadi pada diri saya saja tetapi terjadi di sebagian besar umat Muslim lainnya.
Kemudian layakkah kita disebut seorang Muslim padahal tidak faham dengan apa pedoman dan tuntunan seorang Muslim?.
Kemudian kita balik pertanyaanya " Apakah menjadi seorang Muslim harus tahu apa pedoman dan tuntunannya?".
Mari kita kesampingkan dulu pertanyaan-pertanyan seperti tersebut di atas.
Pada hakikatnya hidup adalah menyusuri jalan waktu seperti air mencari jalan menuju ke tempat yang lebih rendah. Dalam menyusuri waktu terjadilah hukum-hukum relativitas yang satu dengan yang lainya berjalan dan berlaku berbeda-beda tergantung bagaiman cara berjalan menyusur waktu tersebut. Ketika sudah memasuki hukum relativitas maka cara pandang, cara ukur, cara tafsir dari setiap pelaku akan berbeda-beda. Agar tidak semakin bingung kita berikan contoh : kecil bagi orang belum tentu kecil bagi semut, panas bagi cacing belum tentu panas bagi orang, lambat bagi seoarang pembalap bisa jadi cepat bagi seorang yang sedang belajar.
Hukum relativitas kehidupan ini akan berakhir apabila kita sudah mencapai finish dalam menempuh hidup ini yaitu Mati. Iya "mati" bagi orang yang percaya pada kehidupan ini saja, tetapi mati-pun bagi orang percaya adalah awal kehidupan lain dengan relativitas yang lain pula.
Kemudian apa hubunganya relativitas hidup dengan kehidupan seorang Muslim?.
Sebetulnya yang disebut Muslim atau Islam adalah orang yang percaya akan adanya sang Pencipta yang tidak masuk dan dipengaruhi hukum relativitas. Dia mempunyai sifat-sifat tidak dimiliki oleh sesuatu yang lainnya. Apabila seseorang masih menyamakan sang Penciptanya dengan yang lainnya sebenarnya dia bukan seorang Islam/Muslim. Seorang Muslim tidak harus bisa mendifinisikan bagaimana sang Pencipta itu tetapi mereka meyakini sifat-sifatnya yang tidak dipengaruhi hukum relativitas. Kalau kita jabarkan menurut ajaran Islam yang ada saat ini sifat-sifat sang pencipta yang tidak dipengaruhi hukum relativitas itu adalah :
1. Wujud artinya ada, ini dalah sifat mutlak untuk dapat mendifiniskan sifat sifat yang lainnya.
2. Qidam artinya tidak berpermulaan bagi-Nya. Jelas sifat relativitas akan dipengaruhi oleh waktu, jika sang Pencipta berawal maka Dia akan dipengaruhi waktu dan otomatis masuk dalam hukum relativitas.
3. Baqa, artinya kekal selama-lamanya. Jangan salah jika kekal selama-lamanya itu un-limited (tiada berbatas) karean un-limited sendiri itu dalah relativitas. Un-limited bisa jadi karena pikiran atau ilmu kita belum menjangkau.
4.Mukhalafatuhu Lil Hawadis artinya berbeda dengan mahluk. Belum pernah menjangkau pikiran kita karena yang pernah kita lihat semuanya adalah mahluk yang merupkan ciptaann-Nya, mahluk hidup, benda mati, planet, space dll adalah mahluk ciptaan-Nya
5.Qiyamuhu Binafsih artinya tidak memerlukan/bergantung kepada yang lainnya.
6.Wahdaniyah, artinyaMaha Esa atau tidak berbilang
7.Qudrat, artinya maha berkuasa. kekuasan-Nya adalah mutlak segala-galanya tiada yang terlewatkan sebentuk apapun.
8., 9,10,~20 dapat dilihat diberbagi artikel cukup banyak tersedia buku-buku, di internet dll .sifat-sifat 20 Allah
sebenarnya sifat-sifat sang Pencipta tersebut di atas adalah penjabaran dari kalimat Syahadatain yang artinya, " aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah"
Disebutkan di atas orang yang percaya adanya sang Pencipta yang tidak dipengaruhi oleh hukum relativitas sudah bisa disebut seorang Islam/Muslim?.
Iya benar, tetapi istilah Islam/Muslim itu keluar pada saat zamannya Nabi Muhamand S.A.W, namun sebelum istilah Islam keluar orang orang dengan kepercayaan tersebut disebut orang yang ber-Tauhid.
Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dll mereka orang-orang yang ber-Tauhid.
Kemudian apa bedanya orang Islam/Muslim dengan orang yang ber-Tauhid?.
-Bedanya adalah pada Syariatnya atau tata caranya saja tetapi yakin kepada Sang pencipta dengan sifat-sifat tersebut di atas adalah tetap sama.
Kenapa harus mengikuti Syariat?
-Syariat di turunkan oleh Sang Pencipta melalui utusannya sebagai panduan dan tuntunan tata cara hidup berinteraksi dengan mahluk ciptaanya dan cara menyembah kepada Sang Penciptanya.
Mengapa untuk masuk Islam saat ini harus membaca dua kalimat Syahadat "Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi Nabi Muhamad itu utusan Allah"?
-ya begitulah Sang Pencipta menghendakinya, tetapi coba kita tela'ah dengan realita saat ini.
cerita berikut ini sebagai ilustrasi :
Ada sebuah institusi atau perusahaan, semua ingin yang bekerja di perusahaan tersebut harus mendaftar/membuat registrasi. Setelah mendaftar dan diterima maka mereka harus bekerja dengan baik mengikuti peraturan-peraturan yang ada. Al hasil setiap bulan mereka menerima gaji sesuai tingkat pekerjaan yang mereka jalani. Ada juga yang bekerja kurang baik, ada yang membandel, mereka mendapat sangsi tetapi akirnya tetap digaji selama masih berstatus/belum keluar sebagai karyawan.
Kemudian ada seorang atau beberapa orang berbuat baik di perusahaan tersebut. Setiap hari membersihkan halaman perusahaan tersebut, setiap malam menjaga perusahaan tersebut tetapi mereka tidak pernah mendaftar atau meregistrasi perusahaan tersebut. Apakah mereka mendapat gaji setiap bulan karena kebaikan mereka?.
Orang-orang tersebut meneruskan kebiasaan pendahulunya sebelum perusahaan yang dengan berbagai peraturannya didirikan ditempat tersebut, ketika masih berwujud persawahan. Mereka percaya kepada pemiliknya bahwa apabila berbuat baik, menjaga dan membersihkan lokasi tersebut akan mendapat balasan dari sang pemilik.
Ya.., dengan pemahaman kita mengapa ketika kita masuk Islam harus mengucapkan 2 Kalimat Syahadat kemudian sebisa mungkin mengikuti syariat-syariat yang ada.
Insyaallah bersambung " Bagaimana orang menemukan Hidayah"
semoga bermanfaat
Achmad Budiono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar