Rabu, 26 Desember 2012

CARA MENGATASI BANJIR DI JAKARTA


Jakarta banjir……, ah sudah biasa.
Solusi yang tepat ?, pompa air, banjir kanal barat/timur, situ/buzem/waduk,  normalisasi bantaran sungai, sumur resapan,  Green Belt/Hutan Kota/RTH, gorong-gorong bersih bebas sampah, Deep Tunnel, Giant Sea Wall…… dlll……ah……semua belum bisa?. Terus bagaimana caranya?.

Sebelum  tahu caranya tentu ada analisa apa dan mengapa Jakarta selalu banjir?.
Sebelum menjawab pertayaan di atas, mengapa Jakarta selalu banjir, mari kita lihat beberapa sifat air yang berhubungan dengan banjir :
1. Air secara alami akan selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah,
2. Kecepatan air mengalir pada saluran terbuka ke tempat yang lebih rendah berbanding lurus dengan derajat elevasi per segmen / kontur per kontur.
3. Kecepatan air mengalir pada saluran tertutup ke tempat yang lebih rendah berbanding lurus dengan derajat elevasi  titik awal dan titik akhir saluran.
3. Debit air berbanding lurus luas penampang saluran dan kecepatannya, maka dengan penampang saluran yang sama maka volume air yang dialirkan maksimal bisa berbeda-beda  tergantung kecepatan alirannya, semakin cepat airannya semakin besar pula volume yang dihasilkan/air yang bisa dipindahkan.

Nah, sekarang kita bahas mengapa Jakarta selalu banjir?.
Lungsung saja:, secara geografis kota Jakarta di lintasi aliran air/sungai-sungai yang berhulu  dari daerah-daerah yang lebih tinggi yaitu daerah Bogor dan sekitarnya. Air sungai dari hulu melewati Jakarta sebelum akirnya sampai ke Laut. Dalam beberapa hal air sungai tersebut mengalir dengan lancar, tetapi terkadang air tersebut mengalir tersendat/kurang lancar.
 beberapa faktor air sungai mengalir tidak lancar yaitu :
1. Faktor alam
- kontur alam yang datar
- belokan-belokan
- lebar sungai yang kadang menyempit dan kadang melebar
- sampah organik.
2. Faktor manusia :
- sampah organik maupun industri yang di buang sembarangan
- penyempitan daerah aliran sungai untuk pemanfaatan yang tidak semestinya seperti pemukiman dll.

Jadi kesimpulannya penyebab utama banjir di Jakarta adalah :
1. Volume air yang terlau besar karena curah hujan tinggi., dan ini dampaknya akan terasa dari hulu sampai hilir akan terkena semua, dan ini merupakan bencana alam di luar kemampuan manusia.
2. Air yang mengalir tersendat (kecepatannya melambat) karena  faktor alam dan manusia, dan ini bisa diatasi dengan rekayasa teknologi dan konstruksi, serta perencanaan tata ruang yang baik.

Berikut adalah cara-cara/solusi bagaimanan mengatasi/menegendalikan banjir di Jakarta :
1. Dengan membuat tata ruang yang baik, lebar sungai disesuaikan dengan kontur, semakin datar kontur permukaan tanah maka semakin lebar sungai yang harus dibuat atau semakin ke hilir, sungai semakin diperlebar serta di kurangi belokan-belokannya. selain itu aliran sungai harus dibersihkan dari berbagi hambatan, sampah dan bangunan.
berikut graphic ilustrasi  agar air sungai bisa mengalir dengan lancar dan tidak terjadi banjir.



2. Dengan membangun Smart Drainase
Kota sebesar Jakarta harusnya sudah menggunakan smart drainase yang sebagian besar alirannya dikenadalikan di dalam saluran tertutup seperti tunnel atau perpipaan yang dikontrol dengan system pemompaan.
perpindahan air yang dihasilkan dari saluran tertutup sangat efektif dibandingkan saluran terbuka yang dipengaruhi oleh gravitasi dan elevasi saluran.
debit air di saluran tertutup = luas penampang x kecepatan, jadi walaupun salurannya tidak seberapa besar tetapi kalau kecepatan alirnya kita maksimalkan maka hasilnya juga bisa besar.
beda dengan saluran terbuka, walaupun di ujung saluran kita pasang pompa dengan kapasitas besar, karena di saluran terbuka banyak friksi dan pengaruh gravitasi maka bisa jadi yang terjadi adalah rush, yaitu pompa kekurang suplai di ujung karena lambatnya aliran di saluran. akibatnya walupun di hilir sudah surut tetapi di hulu/area banjir air masih tetap menggenang untuk beberapa waktu.

3. Cara lain
Selama permukaan tanah masih lebih tinggi dari air laut walaupun hanya beberapa centimeter saja masih ada solusi yang mungkin bisa diterapkan yaitu “Grid Canal”
“Grid Canal” adalah system dimana air yang ada di permukaan tanah dinetralkan dengan membuat kanal-kanal  dengan kombinasi waduk-waduk kecil yang saling terhubung  seperti halnya jalan raya yang saling berhubungan dan beberapa tempat parkirnya. System ini tidak mengalirkan air tetapi menetralkan air sehingga semua air yang ada di permukaan tanah karena hujan akan menuju kanal-kanal yang ada.  Kanal-kanal tersebut dibuat sedemikian rupa walaupun ada penambahan volume air seberapapun jumlahnya  tidak akan menaikkan level permukaan air, seperti halnya permukaan air laut, walupun hujan sederas apapun tidak akan mempengaruhi tinggi permukaan air laut.

Sebagai contoh penerapan system grid bisa di lihat di daerah Demak Jawa Tengah.
 Di daerah tersebut banyak terdapat saluran air/kanal, sehingga walaupun topografi daerah tersebut cenderung flat (datar) tetapi dengan banyaknya saluran yang dibuat ternyata sangat efektif untuk meredam banjir, dan kalupun terjadi dengan cepat akan segera surut karena semua air yang ada akan didistribusikan ke semua kanal yang ada, dan hebatnya kanal-kanal ini jarang meluap melebihi batas.
"efektif meredam banjir" artinya bukan berarti totalitas dapat meredam banjir tetapi adalah cara yang terbaik secara efektif meredam dan mengendalikan banjir dibanding cara-cara lainnya.


Venecia Canal (sumber gambar : disini )











Banjir dari air laut di Venesia  (sumber : disini)
 Contoh untuk perkotaan adalah Venesia yang sudah terkenal, dan jika Venesia terjadi banjir adalah bukan karena air  hujan, tetapi karena permukaan air laut yang naik sehingga mempunyai level yang lebih tinggi dari daratan dan ini hanya bisa diatasi dengan perpaduan system Giant Sea Wall.

Kelemahan system ini adalah air yang cenderung tidak mengalir sehingga rawan terhadap sampah dan sedimentasi
Bagaimana Jakarta siapkah membangun kanal dan dijuluki kota dengan kota 1000 kanal?

 Video Jakarta Giant Sea Wall & Waterfront City

Oleh:
 Achmad Budiono

Sabtu, 01 Desember 2012

IDE GILA PROYEK MERCUSUAR YANG YANG DI KECAM TAPI MENUAI KEBERHASILAN

Burj Khalifa Dubai
Pernahkah anda mendengar nama-nama seperti Petronas Twin Tower, Menara Kuala Lumpur, Kuala Lumpur International Airport (KLIA), Putra Jaya Goverment City di Malaysia,  Burj Al Kalifa di Dubai, Skydome Toronto, Marina Bay Sand Hotel di Singapura, Gelora Bung Karno di Indonesia dll..

Proyek-proyek yang saya sebutkan tadi adalah termasuk mega proyek yang sifatnya "Mercusuar" dengan biaya yang sangat besar. Proyek-proyek mercusuar biasanya megejar suatu prestise sehingga biasanya mengesampingkan Return Investment (pengembalian modal) dari proyek tersebut.
Lalu siapakah yang mengeluarkan ide-ide gila tersebut, apakah mereka ngawur saja jika tanpa mempertimbangkan Return Investment-nya?.
Tanpa perlu tahu siapa penggagas ide-ide gila tersebut mari kita telaah apakah mereka benar-benar gila (ngawur) ataukah mereka orang-orang yang jenius yang mempunyai visi sangat jauh?.
Kita ambil salah satu contoh saja dari beberapa pencetus ide gila tersebut yaitu Mahathir Muhamad, yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Kuala Lumpur International Airport (KLIA)
Pada awalnya Perdana Menteri Malaysia ini ketika mengagas proyek-proyek dengan skala besar seperti Kuala Lumpur International Airport (KLIA) yang super besar dan mewah banyak mendapatkan tantangan. Banyak kalangan yang menilai proyek ini terlalu menghambur-hamburkan uang, bahkan kalau dikalkulasi tidak sepadan dengan Return Invesment-nya. Satu belum selesai sudah memunculkan lagi ide gila lainnya yaitu membangung sesuatu yang bersifat "ter" yaitu menara tertinggi Menara Kuala Lumpur kemudian gedung kembar tertinggi dan terindah yaitu Petronas Twin Tower, ditambah lagi memindahkan pusat pemerintahan dari Kuala Lumpur ke bekas area tambang timah yang diberi nama Putra Jaya yang diisi dengan bangunan-bangunan dengan arsitektur yang indah serta didukung oleh sarana-sarana yang bisa digunakan untuk event-eventinternasional seperti Sirkuit International Sepang, kemudian area sepanjang yang menghubungkan Kuala Lumpur dengan Putra Jaya dijadikan daerah industri padat teknologi yang terkenal dengan Cyberjaya (Lembah silikon-nya Malaysia)

Observation Deck Menara KL
Bagaimana hasilnya, apakah proyek-proyek tersebut bisa Return Investment?
Menara KL
Coba bayangkan siapa yang mau menyewa/berkantor di Petronas Tower di atas lantai 60-an, lalu dengan ticket sekitar 25 RM (70 ribu rupiah) untuk naik ke Menara Kuala Lumpur apakah sesuai untuk biaya perawatan dan pengembalian modal, kemudian dengan Airport yang mewah dan besar serta Full AC apakan biaya operasionalnya bisa ditutupi dengan restribusi yang didapatkan?.
Itulah Jeniusnya Mahathir
Mungkin kalau dihitung seperti itu maka semua proyek tersebut adalah proyek yang rugi dan bahkan membikin kebangkrutan.
Sekarang kita lihat apa manfaatnya proyek-proyek tersebut ketika semuanya sudah selesai?.
Kantor Perdana Menteri "Putra Jaya"
Putra Jaya Water City
"Kuala Lumpur-Petonas Twin Tower, F1 Sepang, KLIA yang nyaman, Mono Rail, Tanah Genting Kasino Resort dll". Kuala Lumpur menjelma menjadi magnet dengan "multiplier effect" yang sangat kuat untuk berbagai kepentingan Bisnis, Pariwisata, Perdangagan dan berbagai sektor lainnya yang begitu mudah mengasilkan uang. Bahkan perkerja-pekerja kita-pun termasuk TKI berbondong-bondong menuju kesana karena iklim mendapatkan pekerjaan dan uang sangatlah menjanjikan. Bahkan di luar expektasi uang yang dihasilkan dari magnitify-nya Kuala Lumpur  lebih dari cukup untuk mengembalikan modal dari proyek-proyek yang secara langsung tersebut Return Investmennya tidak didapatkan.

Proyek-proyek mercusuar kuno yang mewariskan kebangaan dan implikasi ekonomi generasi saat ini walaupun dalam pembangunannya banyak membutuhkan pengorbanan : Piramida di Mesir, Tembok Besar Cina,  Angkor wat di Kamboja, Candi Borobudur dan Prambabanan di Indonesia dll,

Proyek-proyek mercusuar modern yang membuat negara tidak tambah miskin justru tambah kaya karena proyek-proyek tersebut menjadikan magnet tersendiri untuk mendatangkan uang baik secara langsung maupun tidak langsung.

Nah, sekarang jika kita ingin membangun Jembatan Selat Sunda JSS, Jembatan Selat Malaka, Jakarta MRT, Jakarta Super Tall Signature Tower masih berpikir Return Investment secara langsung, maka samapai kiamat-pun tidak akan ada hasilnya.

Perpikirlah apa yang anda tempa tidak hanya menjadi batangan besi tetapi akan menjadi magnet yang akan dapat menarik lainnya.
Seperti Burj Khalifa di Dubai, walaupun investasinya sulit kembali modal karena load huniannya yang rendah tetapi dengan adanya daya tarik gedung tersebut  yang menjadi simbol bagi Dubai, maka sekarang Dubai yang tadinya tidak lebih besar dari kota sekelas Semarang telah menjelma menjadi kota Internasional yang menjadi salah satu pusat finansial dunia. dan barometernya bangunan-bangunan bergaya modern di dunia.

Seperti pepatah " jika anda memelihara burung agar menjadi  mahal janganlah anda mengharap telurnya tapi berharaplah pada kicauan dan keolakannya"

Oleh Achmad Budiono

Rabu, 07 November 2012

Rusun Kali

Jika gubernur Jakarta yang sekarang sulit merealisasikan kampung deret untuk merevitalisasi kawasan kumuh di bantaran sungai yang dijanjikannya karena permasalahan pengadaan lahan, mungkin cara berikut ini bisa menjadi solusinya.
yaitu "Rusun Kali" (rumah susun di atas kali), tetapi harus dibarengi dengan regulasinya agar nantinya tidak sembarangan membangun bangunan di atas sungai. Dan jika memungkinkan tidak hanya di atas kali, bahkan mungkin di atas jalan dengan kompensasi lahan yang semestinya dipakai bangunan dijdikan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Ilustrasi gambar Rusun Kali

Senin, 22 Oktober 2012

MEMILIH MODEL JARINGAN TRANSPORTASI JAKARTA

"JAKARTA"  sebagai kota metropolitan yang terus berkembang secara pesat menuju kota megapolitan sampai saat ini belum mempunyai jaringan transportasi yang memadai terutama untuk mobilitas warganya.
Sampai saat ini Jakarta bisa dikatakan hanya mengandalkan jaringan transportasi berbasis jalan raya. Memang dengan jalan raya semua tempat bisa di jangkau dengan kendaraan bermotor, tetapi kapasitas yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang ada menimbulkan masalah yang sulit untuk dipecahkan.
Melihat topografi Jakarta yang sedemikian rupa maka jaringan jalan cenderung akan berbentuk grid. Jaringan jalan berbentuk grid ini mempunyai kelebihan semua tempat dapat diakses dari manapun tempat, akan tetapi mempunyai kekurangan mengenai kecepatan akses karena mempunyai friksi/hambatan yang sangat besar pada simpul-simpul persilangan, bahkan apabila pada jam-jam sibuk dan kapasitas jalan sudah penuh makan akan mudah terjadi kemacetan total "grid lock" yang sulit untuk terurai.
Untuk itu pertumbuhan jaringan jalan yang berbentuk "grid" yang secara alami ini harus diberikan jalan keluarnya yaitu dengan membangun jalan-jalan yang bepola "webing" atau anyaman dan membuat jaringan primer yang berpola radial (Ring Road) yang dipadu dengan jaringan utama timur barat dan utara selatan dengan pola duri ikan (THORNS FISH ACCESS).
Dengan jaringan jalan berpola webing ini maka friksi/hambatan di setiap persimpangan bisa diminimalkan



BERIKUT BEBERAPA POLA PERSIMPANGAN YANG TERMASUK DALAM POLA WEBING/ANYAMAN

Roundabout (Bundaran) adalah salahsatu pola untuk mengakomodasi untuk 3 persimpangan atau lebih. Cara ini efektif untuk akses-akses jalan di dalam perkotaan dengan kecepatan relatif rendah/sedang.

Polas Semanggi, sesuai untuk akases dari kecepatan tinggi ke kecepatan sedang dengan friksi/hambatan yang relatif kecil. Disitu masih ada sedikit weaving (pertukaran jalur) antara yang keluar dan yang masuk.
Pola "FLT" Free Turn Left (belok kiri jalan terus)

Pola "close cross" atas bawah, tidak ada friksi tetapi tidak ada akses antara kedua jalan yang bersilangan.  Pola ini tetap diperlukan apabila kedua jalan tersebut sudah mempunyai akses di lain tempat yang lebih baik.
FREE WAY JUNCTION
Pola seperti ini bisa dikatakan pola terbaik untuk 3 persimpangan karena hampir bebas dari friksi/hambatan

"U"TURN
Selain pola persimpangan yang baik yang tidak kalah pentingnya adalah akses untuk berputar arah atau "U" Turn. Dengan "U" Turn yang baik maka friksi dapat diminimalkan.

Elevated Highway (adalah salah satu cara untuk mengurangi friksi),
tetapi Elevated Highway ini banyak ditentang karena akan mengurangi keindahan kota, bahkan apabila kolong jalan bertingkat ini tidak mendapatkan perhatian kusus akan menjadi tempat bagi tuna wisma.


Walaupun jaringan jalan raya dibangun terus tertapi apabila rasio jalan raya dan kendaraan tetap tidak bisa diatas 1:25 (artinya 1 kendaraan bermotor idealnya memiliki luasan jalan minimum 25 kali luas kendaraan) maka kenyamanan berkendara tidak pernah akan terpenuhi, dan Jakarta tidak akan samggup memenuhi rasio tersebut.
Lalu bagai mana solusinya ?
"Mau tidak mau solusinya adalah merapkan angkutan umum masal secara terpadu (Integrated Mass Rapid Transit Network), lihat/baca beberapa model MRT di sisni
" IMRTN ini  apapun moda yang digunakan yang paling sesuai adalah yang berbasis rel.
Dengan jaringan berbasis "Rel" maka friksi atau benturan-benturan  dan gesekan pada waktu perjalanan dapat diminimalkan  dan juga tidak ada bentuk-bentuk penggunaan yang bersifat privat sehingga akan mudah untuk pengelolaanya, mulai shedulling, timing (ketepatan yang terjaga), dan capacity adjustment (kapasitas yang dapat disesuikan dengan kebutuhan).
Berikut beberapa  model route jaringan MRT di Jakarta yang masing-masing model memiliki kekurangan dan kelebihan:




Jika ada yang berasumsi MRT itu harus murah itu kurang tepat. MRT itu memang mahal tetapi sesuai dengan apa yang harapkan yaitu mengakomodasi pengguna kendaraan pribadi yang rata-rata berpenghasilan cukup agar beralih ke moda tersebut. Jika MRT dibikin murah mungkin pelayanannya tidak akan maksimal lagi yang tak ubahnya kereta ekonomi. Jadi semua ada porsinya masing-masing:
MRT-boleh mahal tetapi servisnya harus mempunyai standard yang tinggi. Porsinya untuk mengakomodasi pengguna kendaraan pribadi.
LRT, Busway dan Commuter Rail Service-untuk kalangan menengah dengan tarif medium, porsinya untuk pekerja kantoran, karyawan dan mahasiswa
Angkot dan Bus Regular- untuk kalangan ekonomi bawah, buruh pabrik, pekerja informal dan pedagang kecil

Sekian, semoga bermanfaat.

Sabtu, 22 September 2012

Nabi Adam dan Manusia Purba

Ada anak bertanya pada Bapaknya " Duluan mana Nabi Adam sama manusia purba?"

karena sang Bapak bingung dijawab saja dengan canda "ya duluan Nabi Adam,  kalau manusia Purba sama Nabi Adam ya duluan manusia Purba"

Di sekolah ada murid bertanya pada gurunya " Apakah manusia itu ber-Evolusi seperti yang dikatakan oleh teori Darwin?"
sang Guru menjawab, "menurut buku yang saya baca ya seperti itu"

Nah sekarang coba serius saya jawab kedua pertanyaan tersebut sesuai hasil pengetahuan yang saya dapat dari berbagai sumber.

Walahualam, pengetahuan manusia terbatas, bisa jadi teori Darwin ada betulnya (bukan berarti betul), karena sebelum Nabi Adam ada namanya Al Basyar (yang sering disebut manusia purba) mahluk yang mempunyai tubuh *seperti manusia, mempunya insting (akal yang terbatas) tetapi tidak mempunyai ruh (jiwa). Sedangkan Nabi Adam adalah Al Insan (Manusia) pertama yang mempunyai ruh dan akal .
(begitulah kurang lebihnya rangkuman dari berbagi ayat Alqur'an)

Kalau mau bedakan Al Basyar sama Al Insan tidak usah repot-repot tengok manusia purba, Al Basyar kadang mereka ada di sekitar kita, di jalan-jalan, di pasar, secara fisik seperti kita, tapi mereka tak berjiwa (orang gila).

*(seperti manusia bukan berarti sama dengan manusia), not full version human

Oleh
Achmad Budiono

Sabtu, 15 September 2012

Solusi Kemacetan Metropolitan Jakarta



Banyak menglklaim ahlinya solver transportasi di Jakarta, tetapi sampai sekarang tidak terlihat hasilnya secara nyata, maka kalau mau solusinya saya-lah ahlinya (narsis boleh kan, wong aku juga manusia).
Solusinya :
Membatasi sarana dan fasilitas untuk kendaraan pribadi dan meningkatkan fasilitas yang bersifat public dan eco-envi (ramah lingkungan),
misalnya jalan-jalan raya di Ibukota diprioritaskan untuk lalu-lintas barang saja dangan cara setiap pusat aktifitas seperti mall, gedung perkantoran, pabrik sekolah dll, dibatasi ruang parkir untuk kendaraan pribadi dan sebagai penggantinya disediakan luas parkir taksi, open cap sewa (Shopping Taxi, sepeda ontel, akses transportasi public yang baik seperti busway, monorail atau bahkan LRT/MRT.
Kenapa harus ada taksi yang dan Shopping Taxi?, adalah memfasilitasi mereka yang ingin berbelanja dan membawa sesuatu yang mereka akan kerepotan apabila harus menggunakan transportasi umum seperti Busway, Monorail, LRT/MRT. (Jadi Mall dan pusat perbelanjaan tidak perlu khawatir pengunjungnya hanya berbelanja sedikit yang hanya bisa ditenteng dengan tangan karena pengunjung tidak harus naik public transport yang akan sedikit merepotkan apabila membawa bawaan lebih).
Untuk space/ruang transportasi-pun harus dibuat sedemikian rupa sehingga mereka yang ingin bepergian dengan kendaraan pribadi akan berpikir ulang karena efektifitas serta keterbatasn akses yang akan dijangkau.
Sedemikian rupa itu misalnya : Apabila space jalan raya bisa untuk 4 lajur setiap arahnya ditambah 2 meter pedestrian maka sebaiknya yang 4 lajur tadi diubah menjadi 2 lajur saja, sebagai penggantinya pedestrian dilebarkan hingga 1 lajur sedemikian rupa dengan berbagai fasilitas taman, tempat istirahat, shopping street dll, sedangkan yang satu lajur difungsikan untuk jalur eco-envihicle (kendaraan tak bermotor).



Moving walkway photo sumber :disini  mungkin suatu saat bisa diterapkan  di area-yang punya mobilitas orang yang cukup tinggi kususnya di area CBD (Central Business Disrict)

Gambar ilustrasi conveyor dengan tempat duduk yang dipadu dengan moving walkway di beberapa tempat sebagai akselator/deselator untuk naik ke tempat duduk atau turun dari tempat duduk.
Alangkah nyamannya apabila kita turun dari MRT, kemudian dari stasiun langsung dihubungkan dengan conveyor capsul tersebut menuju area perkantoran, pusat perbelanjaan dan berbagai pusat kegiatan lainnya.
 sumber gambar : di sisni

Jadi intinya mengarahkan public untuk menggunakan transportasi yang bukan privat dengan cara memperbaiki berbagi sarana dan fasilitasnya
kemudian membatasi akses untuk jenis kendaraan pribadi, sehingga mereka akan merasa repot dan tidak efesien apabila menggunaknnya.

Langkah lain setelah semua insfrastruktur dibenahi adalah meng-integrasikan semua moda angkutan umum. Untuk angkutan umum dengan jarak menengah dan sedang (medium distance service) akan mempunyai jarak setiap pemberhetiannya (station to station) yang cukup jauh antara satu dan yang lainnya minimum 3 km per stasiun. Kemudian diantara stasiun akan dilayani angkutan umum jarak pendek (short distance service sebagai fedder-nya angkutan jarak menengah dan sedang. Feeder-feeder ini bisa berbentuk Rail Single Car, Busway, ataupun Metro mini, yang akan mempunyai tempat pemberhentian (shelter) rata-rata 300 meter per shelternya tegantung dari kebutuhan lokasi.
Untuk ticketingnya akan menggunakan semacam kartu pintar (smart card) dan juga manual ticket, tetapi akan tetap terintegrasi. Setiap penumpang (passengers) cukup memiliki 1 ticket semart card yang dapat di isi saldonya setipa saat, dan juga dapat diuangkan dalam jumlah tertentu setiap saat jika perlu. Smart card ini juga bisa untuk membeli manual ticket yang dapat digunakan untuk jenis apapun angkutan umum yang ada.
Untuk manual ticket jarak sedang (medium distance service) akan terdiri dari 3 segment (bagian) setiap lembarnya, 1 bagian untuk di-scan-kan saat memasuki gate boarding MRT, LRT atau Monorail sedangkan yang satu bagian untuk keluar dari Station yang dituju dan satu bagiannya lagi dapat digunakan untuk meneruskan perjalanan dari stasiun yang dituju  dengan feeder angkutan jarak pendek yang di tunjuk oleh perusahaan yang bersangkutan jika diperlukan.

Berikut ilustrasi drawing untuk Public Service Transportation:

LRT (Light Rail Transit) untuk jarak menengah (station to station)
SRC (Single Rail Car) untuk feeder / jarak pendek (shelter to shelter)



MRT (Mass Rapid Transit)
Type layang (elevated) dengan "U" Shape side barier untuk mengurangi kebisingan



MRT (Mass Rapid Transit)
Type bawah tanah (Subway) tanpa menurangi space jalan yang sudah ada

MRT (Mass Rapid Transit) di disain untuk jarak menegah dengan kapasitas besar dan cepat

MRT Design type di atas permukaan jalan

MRT Design type dengan jembatan penyeberangan

MRT Design dengan type stasiun layang di atas jalan

MRT Design dengan type stasiun di atas jalan


Contoh design persimpangan dengan MRT/Mertro Line



Commuter Rail Service
untuk jarak sedang dan jauh memanfaatkan track kereta api yang sudah ada
Untuk Jalur Busway sebaiknya separatornya dibuat sedemikian rupa diantara 2 median jalan sehingga tidak mudah untuk diserobot  oleh kendaraan lain
 Type jalur Busway dann stasiun


Regular Taxi (taksi biasa)
Shopping Taxi (taksi yang dibelakangnya ada semacam bak untuk membawa barang dari belanja)


oleh : Achmad Budiono