Kamis, 12 September 2013

Siapakah Yang Pantas Menduduki RI-1 2014?

Siapakah yang pantas menduduki RI-1 2014?
Negara Indonesia adalah salah satu negara yang mampu bejalan walaupun dipimpin oleh orang yang tidak mahir memimpin dalam istilah populer dapat berjalan sendiri atau "auto-pliot"
Agar negara Indonesia bisa sekedar berjalan tidak perlu dipimpin oleh seorang yang mahir memimpin, tapi cukup dipimpin oleh orang yang tidak banyak  berbuat macam-macam (neko-neko), tidak perlu membuat statement yang berlebihan, wacana yang berlebihan, cukup mengikut arus saja.
Soal ekonomi misalnya, rakyat tidak lagi bergantung kepada kebijakan pemerintah, artinya ada kebijakan dari pemerintah atau tanpa ada kebijakan pemerintah ekonomi rakyat tetap jalan.
Coba analisa, apa peran pemerintah soal sandang, pangan, perumahan dan energi?, Coba andaikan pemerintah tidak melakukan apapun tentang itu,
Apakah ekonomi berhenti?
Soal Pertahanan dan Keamanan, tanpa presiden-pun TNI dan Polri masih bisa berjalan?
Saya pernah bandingkan Indonesia dan Malaysia. Kita masih bersyukur dengan pemerintah yang tidak berdaya untuk mengurus logistik saja rakyat Indonesia masih mampu berjalan dan berkembang.
Kalau di Malaysia semua urusan logistik ditentukan dan dikendalikan oleh pemerintah, harga beras, harga bahan bakar dan harga kebutuhan lainnya semua ditentukan oleh pemerintah,
dan memang harga bisa terkendali dengan baik, tapi andaikan saat itu tiba-tiba pemerintahanya bubar (idle) maka kemungkinan besar harga-harga komoditas yang ditentukan oleh pemerintah tadi akan menjadi sangat liar dan ancaman kejatuhan ekonomi yang sangat besar.

Jikalau Indonesia dapat berjalan sendiri tanpa pemimpin (Presiden) yang mahir dalam memimpin, apa urgensinya kita memeilih Presiden di 2014?.

Tentu kesimpulannya akan sama, kalau sesuatu bisa berjalan walaupun dipimpin oleh orang yang tidak mahir, maka,
sesuatu tersebut akan  menjadi lebih cepat jalannya, lebih baik jalannnya, lebih maju dan berkembang sesuatunya apabila dipimpin oleh orang yang lebih mahir.

Lalu bagaimanan kriteria orang (Presiden) yang diperlukan untuk Indonesia agar bisa lebih maju?

Urusan kepala negara (Presiden)  tidak hanya sekedar tata dan menata seperti halnya tata kota, tetapi lebih sangat besar dan luas, mulai politik, diplomatik (strategi pergaulan antar bangsa), strategi pertahanan dan keamanan,
sedangkan urusan sosial dan tata-menata infrastrukture adalah bagian kecil dari urusan yang besar sebagai kepala negara yang bisa didelegasikan.

Maka yang diperlukan agar Indonesia lebih maju adalah dan ada percepatan adalah pemimpin yang "MAMPU"
-mampu berbuat jujur
-mampu berbuat adil
-mampu membangun
-mampu menata (defrage)
-mampu menawar (bargaining)
-mampu melindungi (save & teritority)
-mampu melihat kedepan (visioner)
-mampu memilih yang tepat
-mampu menegerti (kehendak terbesar rakyat)

Lalu siapakah kiranya nama-nama yang cocok untuk menjadi RI-1 2014 m3ndatang?
- Jokowi kah?
- Dahlan Iskan kah?
- Prabowo Subianto kah?
- Aburizal Bakri kah?
- Rhoma Irama?
 yang lain ?.
Mari menilai beberapa nama yang ada yang sudah saya sebutkan di atas dengan maksud tidak menggiring opini kepada siapapun. maaf bila
penilian ini tidak sama dengan pembaca, karena setiap orang mempunyai barometer yang bisa saja berbeda.

1. Jokowi : terkenal orang yang merakyat, jujur, pekerja keras dan visioner, tetapi beliau tidak mampu berkata tidak untuk urusan partainya, tidak mempunyai planning yang baik sehingga kadang hanya terfokus pada masalah yang lagi hangat saja, tetapi melupakan masalah penting jangka panjang yang belum terjadi dan tidak mudah percaya terhadap bawahan untuk urusan yang  seharusnya dilakukan pendelegasian tugas.
kekawatiran saya jika Jokowi menjadi presiden adalah :
 "biasanya" yang terlalu cepat di awal akan mlempem di belakang, terlalu heboh di depan akan sunyi di belakang. Sesuatu yang baik adalah dengan  perencanaan yang baik, walau kelihatan lambat di awal tetapi biasanya akan ada kemudahan dalam perjalanan mencapai akhir.
2. Dahlan Iskan : mempunyai sifat hampir sama dengan Jokowi, maka jika harus memilih antara Dahlan Iskan atau Jokowi saya hanya perlu lotere saja.
3. Prabowo Subianto:  dikenal sosok yang mempunyai bargaining kuwat dan mampu melindungi apa yang telah dicapainya, tetapi untuk urusan tata-menata sepertinya saya masih meragukannya karena belum  ada bukti apa diperbuat dalam hal planning handal yang beliau lakukan kemudian direalisasikan.
4. Aburizal Bakri : sebagai pengusaha besar tentu dia mampu membuat planning yang baik lalu merealisasikannya tetapi saya tidak yakin beliau  mampu mengerti kehendak rakyat
dan berbuat adil di bandingkan Jokowi, dan Dahlan Iskan.
4. Rhoma Irama:  terkenal sebagi artis yang jenius, mampu melihat situasi dan keadaan kapan harus berbuat sesuatu, tetapi mempunyai jiwa yang kurang toleran, sehingga khawatir beliau tidak mampu berbuat adil, dan perlu dikahawatirkan lagi beliau mempunyai pendukung besar (hidden supporter) yang sebagian fanatik yang tidak mudah akur dengan lawan politiknya yang dikawatirkan akan bisa menggagu stabilitas apabila saling bersinggungan.

Jika mungkin calon alternatif yang terbaik saat ini adalah pasangan  "Wimar Witoelar dan Sultan Hamegkubuwono X".

Wimar Witoelar selain mempunyai kecakapan untuk memimpin dengan baik adalah sosok yang mempunyai kemampuan bargaining yang kuat yang
tidak bisa dipengaruhi oleh siapupun kecuali untuk kepentingan bangsa dan negara, sedangkan Sri Sultan adalah sosok yang mempunyai pengalaman yang mumpuni di bidang ketatanegaraan.
Tapi sayang beliau Wimar tidak tertarik untuk itu, tapi saya masih berharap agar ada yang bisa memohon kembali agar beliau bersedia untuk calon alternatif.
 Berikut  jawaban Wimar ketika dimohon agar bersedia menjadi salah satu candidad RI-1 2014 :
Copy Message message report from : Wimar Witoelar May 31, 2010 at 12:50am
Re: RI-1 candidate recomendation 2014 FB version
"satu kehormatan, tapi pasti saya bukan orang yang tepat. Saya cocok menjadi pendukung salah satu calon anda"
Silakan googling sosok Wimar Witoelar dan bagaimana sepak terjangnya terhadap urusan bangsa dan negara.
 
dari iseng-iseng utak-atik estimasi perolehan dukungan jika pasangan-pasangan berikut ini mencalonkan diri menjadi RI-1 & RI-2 ternyata pasangan Sri Sultan dan Wimar Witoelar paling bisa diterima oleh berbagai partai dan golongan, sedangkan Jokowi walupun terkenal belum bisa mengalahkan, walaupun mendapat hampir 100% dari PDI dan 80% dari golput yang berubah mendukung Jokowi .
Estimasi ini hanya metode sepihak, bukan metode comparison artinya tidak ada lawannya.. contoh : jika si "A & B" mencalonkan, apakah anda akan "pilih" atau "tidak", bukan anda akan pilih mana diantara pasangan "A" atau pasangan "B" atau"C".

kekalahan Jokowi disebabkan mendapat penolakan dari PPP dan PKS, maka jika Jokowi bisa merangkul PPP dan PKS akan mendapat dukungan paling besar, karena menurut estimasi tersebut suara PPP adalah 7% dari total suara sedangkan PKS 6% dari total suara.

Untuk versi pembaca siapa yang pantas anda pilih silakan vote pasangan di bawah ini.

siapakah yang pantas menduduki RI-1 & RI-2  untuk 2014 ?
ditulis oleh Achmad Budiono, Pule-Tayu Community.

Kamis, 18 Juli 2013

Revitalisasi Kawasan Kumuh (slum area)

Kawasan kumuh (slum area) biasanya berada di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota lainnya yang sedang berkembang karena adanya urbanisasi ataupun penduduk setempat yang tetinggal  ekonominya dari yang lainnya. Slum area ini biasnya tumbuh di celah-celah kawasan yang belum tertata, biasanya di pinggiran kota. Secara kategori slum area ini ada yang legal dan yang ilegal dari hal kepemilikan lahan, atau yang ilegal sering disebut penghuni liar.
Lalu bagaimana keberadaan slum area ini bisa di hapuskan?,
Salah satu cara efektif meng-eliminir kesemrawutan dan kawasan kumuh di Jakarta adalah "gusur orang-orang miskin dalam keadaan berdaya, gantikan lahannya dengan management yang lebih tertangani, untuk komersial, kawasan hijau dll." gusur dalam keadan berdaya adalah, tawarkan derah tersebut ke investor untuk proyek yang terencana dengan ganti rugi yang lebih dari cukup untuk orang-orang tersebut memulai hidup baru di tempat baru. Uang ganti rugi bisa untuk membeli lagi apartemen, modal kerja atau hidup di luar Jakarta yang lebih layak.
Sebenarnya kawasan kumuh itu tumbuh karena adanya magnet kegiatan ekonomi di kawasan tersebut sehingga menjadi daya tarik sebagaian orang untuk mencoba keberuntungan di daerah tersebut. Ada mereka yang datang dengan bekal atau modal yang cukup, baik skill maupun finansial  tetapi ada juga yang datang dengan "bonek" atau bondo nekat. dan pendatang "bonek" inilah yang berpotensi besar meciptakan tempat-tempat tinggal kumuh, karena mereka akan mencari tempat dengan pengeluaran/biaya semurah-murahnya tidak peduli bagimana kondisi layak atau tidak layak.
Secara alami slum area ini dalam perkembangannya bisa jadi akan kawasan yang perlahan menjadi baik dan tertata seiring dengan meningkatnya kemampuan finansial penghuninya, tetapi sebaliknya akan semakin parah apabila kemampun finasial penghuninya stagnan.
Bahkan apabila kawasan tersebut ekonominya bekembang dengan sangat pesat maka secara alami tempat-tempat yang tadinya adalah daerah kumuh yang tidak tertata akan sendirinya menjadi bagian perluasan kawasan yang sudah matang dan tertata, karena investor akan berani untuk membeli dengan harga yang tinggi.
Jadi peran pemerintah tidak hanya mengangkat mereka yang berada di daerah kumuh tetepi juga mendorong investor untuk mengembangkan daerah tersebut sehingga nilai ekonomi akan terangkat dengan sendirinya.
"Kekumuhan dan ketidakteraturan adalah bagian dari kemiskinan, maka jika ingin menghilangkan kekumuhan dan ketidakteraturan hilangkan dulu kemiskinannya."

semoga bermanfaat,
Achmad budiono

Rabu, 26 Juni 2013

Etika berkomentar di Internet dan ID palsu


Ketika anda membaca berita atau apapun yang  telah di publish di internet maka anda sering mendapatkan kolom komentar yang dapat diisi oleh siapapun yang mendaftar, bahkan ada yang tanpa perlu mendaftar.
Sering mendapatkan isi komentar ada yang serius, ada yang seadanya bahkan ada yang tidak patut.
Dari berbagai macam komentar yang dikeluarkan tersebut, saya pelajari bahwa orang yang mencantumkan ID (identifikasi/jati diri) dengan benar akan cenderung berkomentar positif dan berhati-hati dalam berkomentar, sedangkan orang yang mencantumkan ID alias masih bisa mengontrol komentarnya, sedangkan yang palsu (anonymous) akan cenderung memberi komentar semaunya yang terkadang begitu berani, vulgar dan tanpa etika. Kita bisa lihat contoh yang jelas di beberapa media online pada kolom komentar-komentarnya bagaimana orang-orang yang menggunakan nama samaran atau palsu.
Hollow- man dengan topeng pembalutnya

Jika anda pernah menonton filem "Hollow-man" ada yang dapat kita ambil pelajaran. Ketika kita masih visible atau bisa dipantau orang lain maka apa yang diperbuat akan selalu mendapat kontrol yang lebih baik, tetapi ketika anda menjadi invisble (tidak terlihat) maka apa yang anda perbuat akan cenderung liar atau semau gue.
Tetapi pada dasarnya manusia adalah makluk visible yang selalu punya keinginan untuk diakui existensinya. Pada filem Hollow-man menggambarkan hal tersebut, ketika menjadi tidak terlihat dan bisa berbuat semau gue ternyata tidak menjadikan dia puas tetapi malah menjadikan dia frustasi karena keberadaanya tidak jelas.


Bagaimana dengan anda, apakah memilih menjadi orang yang gentle dengan ID yang jelas atau orang picik dengan ID palsu yang akan membuat anda bisa berbuat lebih bebas tanpa diketahui siapapun siapa sebenarnya anda.

Jika anda takut komentar anda tidak didengar bahkan anda akan dibully  karena anda tidak sependapat dengan kebanyakan kompetator lainnya maka anda tidak perlu berkecil hati sehingga membuat ID palsu.

Dan belum tentu yang kelihatan exist dan mendominasi di media sosial adalah adalah mereka benar-benar sebanyak yang kita lihat kemunculannya, tetapi mereka sesungguhnya hanya beberapa gelintir orang yang menggunakan ID kloningan untuk tujuan tertentu, bahkan satu orang bisa mempunyai ribuan bahkan jutaan ID di media sosial dengan tehnologi yang ada sekarang ini.

Berikut ini mungkin bisa dijadikan pelajaran dan strategi bagi yang ingin bersuara/menyampaikan suatu pemikiran.
sebagai ibarat,:
anda berbicara bahwa kucing dalah binatang yang cantik dan lucu, ketika anda berbicara kepada orang yang menyukai kucing hal itu adalah benar sekali, tetapi ketika pembicaraan anda sampaikan ke sekelompok tikus maka anda akan dihujat, dibully dan di maki.
dan ketika berbicara kepada kucing bahwa daging tikus adalah daging yang kotor, menjijikkan dan banyak mengandung penyakit, maka anda dianggap berbicara ngawur.
-yang ingin suara didengar dan didukung : silakan berbicara pada kelompok atau ruang lingkup yang tepat.
-yang ingin menyamapaikan realita : silakan berbicara sesuai fakta dan jangan kecewa apabila penyampian/pemikiran anda tidak di hargai, paling tidak anda merasa lega telah menyampaikannnya.

Semoga bermanfaat,
Achmad Budiono

Selasa, 05 Maret 2013

MULTI PURPOSE DEPTH TUNNEL

Apa itu "MULTI PURPOSE DEPTH TUNNEL"??.
Multi Purpose Depth Tunnel atau Deep Tunnel kalau dalam bahasa Indonesia adalah " Trowongan Multi guna di kedalaman tanah" atau cukup dengan pengertian trowongan multiguna.
Trowongan multiguna ini biasanya dirancang untuk beberapa keperluan sekaligus, misalnya untuk saluran air, pengendali banjir, akses jalan atau jalan raya, dan saluran utilitas seperti kabel telekomunikasi, pipa air minum, pipa gas dll.
Bagaimana trowongan multiguna ini diterapkan jika digabungkan antara jalan raya dan saluran pengendali banjir?.
Dengan teknologi yang ada semua itu bisa dibuat, tetapi yang perlu dipertimbangkan adalah kelayakan secara finansial, karena selain biaya konstruksi biaya operasional dan perawatannya sangatlah mahal.
Jika ingin membangun trowongan multiguna dengan memadukan jalan raya dan saluran pengendali banjir yang sangat penting diperhitungkan adalah elevasi (perbedaan) tinggi rendah antara daerah banjir dan lokasi saluran pembuangan. Jika elevasi tidak memenuhi syarat (terlalu datar) maka kecepatan aliran yang ada di saluran/trowongan kemungkinan tidak akan mampu mengimbangi air yang tekonsentrasi di daerah yang kebanjiran, dan agar kecepatan aliran bisa di tingkatkan maka diperlukan pompa yang mestinya biaya operasional dan perawatannya tidaklah murah. Selain itu ancaman sedimentasi dan kotoran sampah adalah musuh utama  saluran air di depth tunnel.

Berikut ilustrasi bagaimana Depth Tunnel bekerja mengendalikan banjir.

  
 
Jika kedaan normal maka Control Pump tidak perlu dioperasikan, tetapi jika diperlukan agar kecepatan aliran ke pembuangan bertambah maka pompa perlu di operasikan.
Selain mengontrol aliran, fungsi pompa diperlukan apabila diperlukan untuk menguras saluran di depth tunnel jika diperlukan perbaikan atau sekedar pengeringan.

  



Semoga bermanfaat,
oleh Achmad Budiono



Sabtu, 12 Januari 2013

Membandingkan Gubernur Jakarta (Joko Widodo) dan Walikota Surabaya (Tri Rismaharini)



*Maaf tulisan ini hanya pendapat pribadi penulis dan mungkin sama dengan sebagian orang, tetapi mohon maklum jika tidak sependapat

Gubernur Jakarta Joko Widodo (Jokowi)  saat ini menjadi sosok yang paling banyak dibicarakan di semua media, mulai media cetak, Televisi dan online karena reputasi gaya dan caranya memimpin. Gaya atau style yang merakyat dan ndesoni  ini-lah yang paling menjadi sorotan.  Bahkan Jokowi dinobatkan sebagai walikota  urutan nomer 3 terbaik di dunia menurut (The City Mayors Foundation) ketika mejabat sebagai walikota Solo.
Untuk ruang lingkup Kota Solo Jokowi bisa dianggap berhasil dan mempunyai reputasi yang sangat bagus, lalu bagaimana dengan ramalan keberhasilan memimpin Sebagai Gubernur Jakarta, apakah akan mengantarkan Jokowi sebagi Gubernur yang berhasil pula?.

Jakarta bukanlah Solo dan orang-orang yang tinggal di Jakarta tidak seperti orang-orang yang tinggal di Solo.  Jakarta adalah kota megapolitan dengan permasalahan yang sangat komplekssss1000x. Dengan  berbagai problemya maka untuk memipin Jakarta agar dapat menjadi lebih baik deperlukan syarat-sayarat pemipin yang mempunyai kemampuan kompleks pula.

Seperti apa pemimpin yang mempunyai kemampuan kompleks itu?
  • Tegas :  ya perlu tapi tidak cukup,
  • Jujur :  ya perlu tapi tidak cukup,
  •  Peduli :  ya perlu tapi tidak cukup,
  • Visioner :  ya perlu tapi  masih belum cukup.
Dan syarat yang tidak boleh ditinggalkan adalah “ mempunyai kompetensi” atau pengetahuan yang memadai dari semua aspek permasalahan dan harus mempunyai "power of sense" dalam hal decision atau pengambilan keputusan.
"Power of sense"  adalah  kemampuan seorang pemimpin untuk memutuskan sesuatu yang dianggap benar menurut rasa/insting yang dimilikinya tanpa harus mendengar dan melihat permasalahan secara keseluruhan.
Seorang pemimpin seharusnya sudah tahu apa yang perlu diperbuat hanya dengan observasi singkat.
Jika seseorang mengambil keputusan harus didahului dengan "public hearing", atau survei dan mengumpulkan pendapat dulu cocoknya bekerja dibidang surveyor atau statistika saja dan tentu-lah keputusan-keputusannya akan dipengaruhi dari hasil observasi dan public hearing tersebut yang terkadang dari hasil tersebut terdapat bermacam-macam masukan kesimpulan, yang butuh filter yang benar dan jika filternya salah maka keputusan yang sudah memakan waktu tersebut sama saja tidak ada gunanya.

Apakah "Power of sense" bisa disamakan dengan "Otoriter"?
Jelas beda.
Power of sense berdasarkan atas kemampuan rasa dan keyakinan atas kebenaran yang memang  harus dilaksanakan dengan segala konsekwensinya dengan harapan mendapatkan manfaat/kebaikan, sedangkan Otoriter yang dipaksakan berdasarkan atas kemauan/ego dan kepentingan tertentu yang belum tentu mendatangkan manfaat.

Bagaimana dengan Jokowi?
Menurut pengamatan saya.... (sorry kalau berlagak jadi pengamat)
Tegas : ya,  Jujur : mungkin ya, Peduli: sangat peduli terutama pada kalangan bawah, tetapi tidak begitu dengan kalangan menengah keatas yang notabene mempunyai kemampuan finansial yang apabila diakomodir dengan tepat bisa mensupport kesejahteraan kalangan bawah.

Bagaimana dengan Kompetensinya?.
Untuk kota sekelas Solo sangat bagus, tetapi untuk sekelas Jakarta sepertinya hanya faham permasalahannya 10% saja.

Untuk perbandingan coba kita membuat perbandingan dengan tokoh yang mempunyai lingkup kepempinan yang hampir sama dan mempunyai kemiripan permasalahan yang dihadapi, yaitu Joko Widodo Memipin Jakarta dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang memimpin Surabaya, walaupun bisa dikatakan kurang fair jika dibandingkan dengan besaran beban yang harus ditanggung, tetapi setidaknya mempunyai permasalahan tidak jauh berbeda.

Saya mulai meniali dari Jokowi sampai Hari Ini (lebih kurang dua setengah bulan memimpin Jakarta) :
Jokowi dalah sosok pimpinan yang  diidamkan oleh Jakarta untuk dapat merubah Jakarta agar lebih baik dengan cepat. Pada awal terpilihnya sudah mulai dengan berbagai gebrakan mulai dari penerbitan Kartu Sehat, Kartu Pintar, rencana bikin kampung deret  dan yang tidak kalah fenomenal dalah gaya blusukannya ke kampung-kampung kumuh dan lokasi banjir dengan dalih agar dapat mengetahui permasalahn Jakarta kususnya masyarakat kelas bawah. Ini bisa dibilang bagus dan mendapat nilai Plus.
Selanjutnya bebagai masalah tranportasi  untuk solusi kemacetan seperti MRT, Momorail, Bus Trans Jakarta, proyek Toll dalam kota mulai dievaluasi. Ini bisa dibilang bagus dan patut mendapat applause.
Tetapi hasil evaluasi yang dilakukan sampai sekarang belum mendapatkan kejelasan, padahal harus berlomba dengan masalah yang semakin menumpuk. Belum satupun masalah transportasi  yang dievaluasi  diberikan solusi nyata yang siap direalisaikan, bahkan cenderung membuat blunder dan terlalu mudah berwacana ke public. Perubahan kecil pun belum mampak, dan sering meremehkan masalah . "gampang masterplan sudah ada semua tinggal dieksekusi" tinggal buka kran menjadi pepesan kosong, walaupun terlalu dini untuk menilai. Awal yg buruk…?????
- Kampung deret
- Revitalisasi Kopaja & Metromini
- Monorail
- MRT
ditambah lagi Deepth Tunel (Trowongan Multiguna) yang belum jelas feasibilitynya tetapi sudah ditetapkan positif pembangunannya.

Karena ke-egoan-nya yang tidak mau menjalin hubungan yang lebih erat ke kalangan elite birokrat dan pengusaha maka konsekwensinya Jokowi tidak akan mudah membuat bargaining (kekuatan untuk menawar) dan akan menjadi hambatan untuk meluluskan program-program yang berkaitan dengan finansial besar yang membutuhkan investor.
Mestinya Jokowi bertindak seimbang antara blok bawah dan atas, yaitu tetap memperhatikan dan mensupport kalangan bawah agar bisa lebih baik dan sejahtera tetapi jangan lupa untuk semakin mempererat hubungan golongan berduit agar mereka mau ikut mensupport kalangan bawah agar lebih sejahtera dengan cara mereka. Jokowi hendaknya jangan takut dibilang "Elitis" hanya gara-gara dekat dengan birokrat dan golongan berduit, karena dengan eratnya hubungan mereka, maka program-program lainnya yang pro-rakyat akan mudah terealisasa dengan adanya dukungan mereka.
"Urusi akarnya tapi jangan lupa urusi bunganya."

Bagaimana Surabaya dengan Bu Tri Rismaharini?.
Terus terang saja sebetulnya saya tidak tahu banyak tentang Bu Tri Rismaharini, tetapi saya mencoba mencari tahu ketika saya setelah sekian lama tidak menejejakkan kaki di Surabaya begitu kagum dengan perkembangan Kota Surabaya dengan penataan kota-ya yang begitu bagus dan hasil yang seperti ini tentulah bukan dari hasil pekerjaaan yang asal-asalan tetapi hasil dari kerja keras dan perencanaan yang sistematis. Kita lihat yang kasat mata mulai dairi terminalnya, bandara, jalan-jalan yang ada, sungai, pedagang kaki lima dan lain-lainya serta proyek-proyek yang sedang berjalan dan manfaat yang bisa dirasakan.
Ketika saya bertanya ternyata tidak semua orang di Surabaya tahu siapa di balik kemajuan Kota Surabaya seperti sekarang ini.

Ya.... itulah mungkin bedanya antara Jakarta dan Surabaya, dengan berbagai woro-woro, gempitanya, hebohnya tetapi tidak ada perkembangan yang signifikan. Yang menonjol dari kegiatan pembangunan Jakerdah adalah pembangunan gedung-gedung pencakar langit yang dilakukan oleh non pemerintahan, sedangkan Surabaya tanpa terdengar gempitanya hasilnya terlihat dengan pasti dan nyata.
Tentunya apa yang dihasilkan bukan karena proses yang terjadi biarkan terjadi tetapi ada di balik itu sosok-sosok yang berperan di dalamnya, terkenal ataupun tidak terkenal beliau-nya sangat menentukan perannya.