Rabu, 26 Juni 2013

Etika berkomentar di Internet dan ID palsu


Ketika anda membaca berita atau apapun yang  telah di publish di internet maka anda sering mendapatkan kolom komentar yang dapat diisi oleh siapapun yang mendaftar, bahkan ada yang tanpa perlu mendaftar.
Sering mendapatkan isi komentar ada yang serius, ada yang seadanya bahkan ada yang tidak patut.
Dari berbagai macam komentar yang dikeluarkan tersebut, saya pelajari bahwa orang yang mencantumkan ID (identifikasi/jati diri) dengan benar akan cenderung berkomentar positif dan berhati-hati dalam berkomentar, sedangkan orang yang mencantumkan ID alias masih bisa mengontrol komentarnya, sedangkan yang palsu (anonymous) akan cenderung memberi komentar semaunya yang terkadang begitu berani, vulgar dan tanpa etika. Kita bisa lihat contoh yang jelas di beberapa media online pada kolom komentar-komentarnya bagaimana orang-orang yang menggunakan nama samaran atau palsu.
Hollow- man dengan topeng pembalutnya

Jika anda pernah menonton filem "Hollow-man" ada yang dapat kita ambil pelajaran. Ketika kita masih visible atau bisa dipantau orang lain maka apa yang diperbuat akan selalu mendapat kontrol yang lebih baik, tetapi ketika anda menjadi invisble (tidak terlihat) maka apa yang anda perbuat akan cenderung liar atau semau gue.
Tetapi pada dasarnya manusia adalah makluk visible yang selalu punya keinginan untuk diakui existensinya. Pada filem Hollow-man menggambarkan hal tersebut, ketika menjadi tidak terlihat dan bisa berbuat semau gue ternyata tidak menjadikan dia puas tetapi malah menjadikan dia frustasi karena keberadaanya tidak jelas.


Bagaimana dengan anda, apakah memilih menjadi orang yang gentle dengan ID yang jelas atau orang picik dengan ID palsu yang akan membuat anda bisa berbuat lebih bebas tanpa diketahui siapapun siapa sebenarnya anda.

Jika anda takut komentar anda tidak didengar bahkan anda akan dibully  karena anda tidak sependapat dengan kebanyakan kompetator lainnya maka anda tidak perlu berkecil hati sehingga membuat ID palsu.

Dan belum tentu yang kelihatan exist dan mendominasi di media sosial adalah adalah mereka benar-benar sebanyak yang kita lihat kemunculannya, tetapi mereka sesungguhnya hanya beberapa gelintir orang yang menggunakan ID kloningan untuk tujuan tertentu, bahkan satu orang bisa mempunyai ribuan bahkan jutaan ID di media sosial dengan tehnologi yang ada sekarang ini.

Berikut ini mungkin bisa dijadikan pelajaran dan strategi bagi yang ingin bersuara/menyampaikan suatu pemikiran.
sebagai ibarat,:
anda berbicara bahwa kucing dalah binatang yang cantik dan lucu, ketika anda berbicara kepada orang yang menyukai kucing hal itu adalah benar sekali, tetapi ketika pembicaraan anda sampaikan ke sekelompok tikus maka anda akan dihujat, dibully dan di maki.
dan ketika berbicara kepada kucing bahwa daging tikus adalah daging yang kotor, menjijikkan dan banyak mengandung penyakit, maka anda dianggap berbicara ngawur.
-yang ingin suara didengar dan didukung : silakan berbicara pada kelompok atau ruang lingkup yang tepat.
-yang ingin menyamapaikan realita : silakan berbicara sesuai fakta dan jangan kecewa apabila penyampian/pemikiran anda tidak di hargai, paling tidak anda merasa lega telah menyampaikannnya.

Semoga bermanfaat,
Achmad Budiono