Maha Suci Allah yang maha besar, dia-lah yang awal dia yang akhir,
dia-lah sang pencipta segala sesuatu (mahluk),
dan dia tidak bisa disamai dengan sesuatu apapun (mahluk) yang diciptakannya.
Kita diciptakan oleh Allah, kemudian kita disuruh untuk memikirkan apa-apa yang diciptakan Allah
untuk tujuan utama yaitu untuk melihat kebesaran sang pencipta yang Maha Besar dan kuasa atas segala sesuatu.
Walaupun demikian Allah memberi batas tidak semua yang diciptakan bisa dipikirkan
oleh manusia lebih jauh yaitu tentang hal-hal yang Ghaib kecuali atas ijin Allah.
tetapi Allah tidak pernah memerintahkan untuk memikirkan sebelum itu (sesuatu sebelum diciptakan kecuali apa yang telah diberitahukan).
Allah meciptakan manusia disertai akal agar bisa berpikir setelah diberi petunjuk.
Kenapa manusia diberi petunjuk padahal bisa berpikir?.
Nah...., itulah keserakahan manusia yang kerena diberi akal oleh Allah,
kadang manusia melupakan petunjuk dari sang penciptanya,
seakan-akan dengan akalnya dia (manusia tidak butuh petunjuk), cukup dengan akal
semua apa yang ada bisa di cari (explorer) dengan akal.
Memang dengan akal manusia bisa dapat petunjuk, itu bagi yang menyadari bahwa
akal manusia itu diciptakan mempunyai batas kemampuan. tetapi bagi manusia
yang berpikir melampau batas mereka bisa tersesat dengan pikirannya sendiri.
Manusia yang yang perpikir tanpa petunjuk adalah manusia yang berpikir dengan menduga-duga.
Manusia yang berpikir dengan menduga-duga akan mudah tergelincir ke dalam kesesatan.
Bahkan manusia yang terlalu jauh memikir dengan menduga-duga bisa berakhir menjadi sesat dan bahkan bisa menjadi gila.
Untuk berpikir dhohir ciptaannya saja manusia hanya sedikit tahu, bagaimana bisa tahu
dhohirnya sang pencipta?. Kalu sifat-sifat sang pencipta memang manusia sudah
diberi tahu oleh sang penciptanya yaitu : Maha Besar, Maha pengasih, Maha penyayang,
maha kaya, dll...... seperti tersebut di asmaul-husna. sedangkan keberadannya hanya bisa diketahui manusia melalui sifat-sifat saja yaitu : wujud, qidam baqa', mukholafatuhu lilkhahadisi, qyamuhu binafsihi, wahdaniyah, qudroh dan irodah.
sedangkan apabila manusia memikirkan sang pencipta secara dhohir, misalnya wujud-nya itu seperti apa maka ilmu manusia tidak akan sampai.
Banyak manusia yang tidak menyadari keterbatasan akalnya yang seolah-olah akal bisa tahu segalanya sampai tak terbatas sehingga mereka berusaha meng-explorer hal-hal seperti berikut ini :
-Tuhan itu seperti apa wujudnya?.
-Sebelum Tuhan ada apa?
-Siapa yang menciptakan Tuhan?
-Allah meciptakan ruh, sebelum ruh diciptakan itu berupa apa?.
-Bahkan akal yang diberikan oleh Allah kepada kita, manusia tidak tahu bagaimana bentuk akal itu?.
begitulah hal-hal yang tidak akan mungkin diketahui jawabannya oleh akal manusia dan hanya akan menjadi pemikiran yang sia-sia.
Allah tidak pernah memerintahkan untuk memikirkan sebelum itu (sesuatu sebelum diciptakan kecuali apa yang telah diberitahukan).
karena jika manusia memikirkan sesuatu sebelum diciptakan kecuali apa yang telah diberitahukan,
maka manusia hanya akan menduga-duga.
Menciptakan dan menjadikan itu berbeda, Kalau Allah mengatakan dengan "menciptakan" maka disitu ada batas yang bisa diketahui manusia sampai batas yang ditunjukkan (diberitahukan) oleh Allah, sedangkan jika Allah mengatakan dengan "menjadikan" atau yang berkonotasi demikian maka dibelakang proses suatu kejadian pastilah Allah telah menerangkan swbwlumya.
latar belakang kejadian tersebut, baik kejadian tersebut diterangkan langsung oleh Allah ataupun Allah memberikan kesempatan pada akal manusia untuk meng-explorernya kejadian sebelumnya.
sebagai contoh:
-Allah memberitahukan bahwa manusia diciptakan dari tanah, tapi Allah tidak pernah
memberitahukan bahwa tanah diciptakan dari apa.
-Allah meceritakan meciptakan bumi, tapi Allah tidak pernah meceritakan bumi dari apa?,
maka jika ada macam-macam teori penciptaan alam semesta seperti teori big-bang,
teori nebula dll., maka itu hanyalah dugaan-dugaan saja.
-Allah meceritakan penciptaan langit yang dulunya adalah masih berupa asap, tapi Allah
tidak menceritakan asap yang seperti apa dan asap itu dibuat dari apa?.
-Allah menceritakan menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, sebelum langit dan
bumi diciptakan, apa yang sebelumya?.
-Allah menciptakan berbagai binatang misalnya unta, burung, semut, ikan dll.., disitu
tidak pernah disebutkan bahwa unta adalah mutasi dari binatang purba, burung mutasi dan evolusi
dari binatang laut, dll.... dll..., maka teori evolusi seperti yang dikemukakan Darwin adalah hanya menduga-duga.
mungkin ada yang membenarkan teori evolusi Darwin ini dengan menafsirkan pernyataan yang ada di Alquran "Allah menurunkan
air hujan dari langit, kemudian menghidupkan bumi yang tadinya mati" Iya walaupun sekarang ilmu pengetahuan
sudah sangat canggih, bahkan run-time suatu genetika (atau rangkain suatu gen) mahluk hidup
bisa ditelusuri, tetap saja tidak mampu menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan mengenai benarnya teori evolusi. itu menujukkan bahwa akal manusia itu ada keterbatasannya.
memikirkan hal-hal seperti itu bisa diibaratkan seperti memikirkan timur dan barat atau atas dan bawah,
ada apa sebelum timur dan ada apa setelah barat?.
semoga ada hikmah dan manfaat.
terimakasih,
(achmad budiono)
dia-lah sang pencipta segala sesuatu (mahluk),
dan dia tidak bisa disamai dengan sesuatu apapun (mahluk) yang diciptakannya.
Kita diciptakan oleh Allah, kemudian kita disuruh untuk memikirkan apa-apa yang diciptakan Allah
untuk tujuan utama yaitu untuk melihat kebesaran sang pencipta yang Maha Besar dan kuasa atas segala sesuatu.
Walaupun demikian Allah memberi batas tidak semua yang diciptakan bisa dipikirkan
oleh manusia lebih jauh yaitu tentang hal-hal yang Ghaib kecuali atas ijin Allah.
tetapi Allah tidak pernah memerintahkan untuk memikirkan sebelum itu (sesuatu sebelum diciptakan kecuali apa yang telah diberitahukan).
Allah meciptakan manusia disertai akal agar bisa berpikir setelah diberi petunjuk.
Kenapa manusia diberi petunjuk padahal bisa berpikir?.
Nah...., itulah keserakahan manusia yang kerena diberi akal oleh Allah,
kadang manusia melupakan petunjuk dari sang penciptanya,
seakan-akan dengan akalnya dia (manusia tidak butuh petunjuk), cukup dengan akal
semua apa yang ada bisa di cari (explorer) dengan akal.
Memang dengan akal manusia bisa dapat petunjuk, itu bagi yang menyadari bahwa
akal manusia itu diciptakan mempunyai batas kemampuan. tetapi bagi manusia
yang berpikir melampau batas mereka bisa tersesat dengan pikirannya sendiri.
Manusia yang yang perpikir tanpa petunjuk adalah manusia yang berpikir dengan menduga-duga.
Manusia yang berpikir dengan menduga-duga akan mudah tergelincir ke dalam kesesatan.
Bahkan manusia yang terlalu jauh memikir dengan menduga-duga bisa berakhir menjadi sesat dan bahkan bisa menjadi gila.
Untuk berpikir dhohir ciptaannya saja manusia hanya sedikit tahu, bagaimana bisa tahu
dhohirnya sang pencipta?. Kalu sifat-sifat sang pencipta memang manusia sudah
diberi tahu oleh sang penciptanya yaitu : Maha Besar, Maha pengasih, Maha penyayang,
maha kaya, dll...... seperti tersebut di asmaul-husna. sedangkan keberadannya hanya bisa diketahui manusia melalui sifat-sifat saja yaitu : wujud, qidam baqa', mukholafatuhu lilkhahadisi, qyamuhu binafsihi, wahdaniyah, qudroh dan irodah.
sedangkan apabila manusia memikirkan sang pencipta secara dhohir, misalnya wujud-nya itu seperti apa maka ilmu manusia tidak akan sampai.
Banyak manusia yang tidak menyadari keterbatasan akalnya yang seolah-olah akal bisa tahu segalanya sampai tak terbatas sehingga mereka berusaha meng-explorer hal-hal seperti berikut ini :
-Tuhan itu seperti apa wujudnya?.
-Sebelum Tuhan ada apa?
-Siapa yang menciptakan Tuhan?
-Allah meciptakan ruh, sebelum ruh diciptakan itu berupa apa?.
-Bahkan akal yang diberikan oleh Allah kepada kita, manusia tidak tahu bagaimana bentuk akal itu?.
begitulah hal-hal yang tidak akan mungkin diketahui jawabannya oleh akal manusia dan hanya akan menjadi pemikiran yang sia-sia.
Allah tidak pernah memerintahkan untuk memikirkan sebelum itu (sesuatu sebelum diciptakan kecuali apa yang telah diberitahukan).
karena jika manusia memikirkan sesuatu sebelum diciptakan kecuali apa yang telah diberitahukan,
maka manusia hanya akan menduga-duga.
Menciptakan dan menjadikan itu berbeda, Kalau Allah mengatakan dengan "menciptakan" maka disitu ada batas yang bisa diketahui manusia sampai batas yang ditunjukkan (diberitahukan) oleh Allah, sedangkan jika Allah mengatakan dengan "menjadikan" atau yang berkonotasi demikian maka dibelakang proses suatu kejadian pastilah Allah telah menerangkan swbwlumya.
latar belakang kejadian tersebut, baik kejadian tersebut diterangkan langsung oleh Allah ataupun Allah memberikan kesempatan pada akal manusia untuk meng-explorernya kejadian sebelumnya.
sebagai contoh:
-Allah memberitahukan bahwa manusia diciptakan dari tanah, tapi Allah tidak pernah
memberitahukan bahwa tanah diciptakan dari apa.
-Allah meceritakan meciptakan bumi, tapi Allah tidak pernah meceritakan bumi dari apa?,
maka jika ada macam-macam teori penciptaan alam semesta seperti teori big-bang,
teori nebula dll., maka itu hanyalah dugaan-dugaan saja.
-Allah meceritakan penciptaan langit yang dulunya adalah masih berupa asap, tapi Allah
tidak menceritakan asap yang seperti apa dan asap itu dibuat dari apa?.
-Allah menceritakan menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, sebelum langit dan
bumi diciptakan, apa yang sebelumya?.
-Allah menciptakan berbagai binatang misalnya unta, burung, semut, ikan dll.., disitu
tidak pernah disebutkan bahwa unta adalah mutasi dari binatang purba, burung mutasi dan evolusi
dari binatang laut, dll.... dll..., maka teori evolusi seperti yang dikemukakan Darwin adalah hanya menduga-duga.
mungkin ada yang membenarkan teori evolusi Darwin ini dengan menafsirkan pernyataan yang ada di Alquran "Allah menurunkan
air hujan dari langit, kemudian menghidupkan bumi yang tadinya mati" Iya walaupun sekarang ilmu pengetahuan
sudah sangat canggih, bahkan run-time suatu genetika (atau rangkain suatu gen) mahluk hidup
bisa ditelusuri, tetap saja tidak mampu menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan mengenai benarnya teori evolusi. itu menujukkan bahwa akal manusia itu ada keterbatasannya.
memikirkan hal-hal seperti itu bisa diibaratkan seperti memikirkan timur dan barat atau atas dan bawah,
ada apa sebelum timur dan ada apa setelah barat?.
semoga ada hikmah dan manfaat.
terimakasih,
(achmad budiono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar