Jumat, 08 Desember 2023

Mengukur Kekuatan Kandidat Ri-1 2024

Tidak lama lagi Indonesia harus memilih leader untuk periode 5 tahun kedepan.

Saat ini sudah ada 3 kandidat  leader  yang hampir dipastikan akan bersaing menduduki RI-1  yaitu  :

1-Anies Baswedan berpasangan Muhaimin Iskandar

2-Prabowo Subianto berpasangan Gibran

3-Ganjar Pranowo berpasangan dengan Mahfud Md.

Dari ketiga pasangan tersebut mari kita ulas,  seperti apa,  bagaimana dan seperti apa dan apa yang mungkin akan terjadi?.

Sebelumnya mari kita ulas apa yang dibutuhkan Bangsa Indonesia mendatang dan apa yang dikehendaki sebagian besar rakyat Indonsia ke depannya.

Yang dibutuhkan Indonesia mendatang adalah pemimpin yang punya wawasan luas, yang punya kekuatan bargaining dan tentunya untuk itu punya integritas, agar Bangsa Indonesia bisa menjadi Bangsa yang besar dari segi kekuatan ekonomi dan pertahanan.

Kekuatan ekonomi dan pertahanan adalah kunci utama yang harus berjalan seiring,  tidak boleh ada ketimpangan agar kita bisa menjadi pemeran utama dalam percaturan politik dan ekonomi dunia, dan menjadi bangsa yang tidak bisa di dekte atau di intimidasi oleh siapapun dan dengan apapun.

Lalu siapakah kandidat yang paling punya kompetensi untuk itu?.

Tentunya masing masing kandidat punya kelebihan dan kekurangan,  tapi dalam hal ini integritas adalah hal yang utama.

Kenapa "integritas" menjadi hal yang utama?.

Se-cerdas-cerdasnya pasangan kandidat,  sebagus-bagusnya kompetensi serta visi dan misi pasangan kandidat, sebagus-bagusnya program-program yang disampaikan dan akan dilaksanakan kandidat apabila terpilih nanti tidak akan  berguna sebagai modal untuk menjalankan tujuan kalau integritas kandidat tidak terpenuhi.

Yang dimaksud intergritas ini adalah dukungan penuh dari sebagian besar element bangsa,  mulai dari rakyat  lintas pemimpin dan politisi.

Program-program yang bagus dan smart  tidak akan mampu berjalan apabila ketika tantangan-tantangan dan penolakan serta adanya penjegalan terutama dari internal bangsa ini tidak bisa diselesaikan atau diminimalisir karena perbedaan pandangan dan perbedaan kepentingan.

Memang tidak mudah mendapatkan integritas dan dukungan yang solid dari element Bangsa yang besar dan bermacam-macam latar belakang ini, namun dukungan yang kuat oleh sebagian besar kekuatan internal sangat diperlukan.

Dari segi suku dan ras kita punya bermacam-macam suku yg jumlahnya sangat banyak,  yang tentunya masing-masing akan mencoba berlomba-lomba untuk exist di percaturan kandidat ini.

Ada kelompok suku dengan jumlah besar (mendominasi) yaitu Jawa, Sunda dan Melayu,  dan lainnya non Jawa-Sunda-Melayu yang bisa jadi  masing masing punya ke-fanatikan sendiri terhadap masing masing kandidat, tanpa terpengaruh visi-misi dan program program mereka.

Yang tidak kalah serunya adalah persaingan pendukung antara kelompok religi (Agama) yang bisa dikata jumlah ini  solid dan fanatis dibanding dengan kelompok suku dan ras.

Walaupun di Indonesia ada bermacam macam agama dan Islam adalah yang mendominasi (hampir 80%), tetapi Islam sendiri bukanlah kelompok religi yang solid. Ada Nahdlatul Ulama (Nu) yg lebih dikenal dengan Islam moderat merupakan kelompok religi paling besar pendukungnya di Indonesia yg kebanyakan berdomisili di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Kemudian ada Muhammadiyah,  yaitu kelompok religi pertengahan (antara moderat dan sebagian garis keras).

Mereka ini tersebar diantaranya di Jakarta, sebagian Jawa Barat, Sumatra Barat,  Kalimantan dan Sulawesi Selatan serta NTB.

Kelompok lainnya adalah kelompok religi Islam yang dilabeli garis keras, ada yang bisa disebut seperti  yang bernaung dalam PKS dan yang tidak bisa disebut karena organisasinya telah dibubarkan penerintah seperto Hizbutahrir dll., tapi existensinya akan tetap ada dan semua itu punya fanatisme kandidat yang berbeda-beda.

Bagaimana dengan dukungan dari ke-Partai-an?.

Dari sekian banyak partai yang ada hanya ada 2 partai yang pendukungnya punya loyalitas ke-solid-an untuk diarahkan berdasar instruksi partai yaitu PKS dan PDI perjuangan.

Golkar masih punya akar yg lumayan dan solid,  namun Golkar punya karakter memilih  bermain aman,  yaitu menunggu  siapa yg kiranya menguntungkan mereka akan bergabung,  tidak peduli misi dan visinya  bertentangan

Nu, dengan identik partai PKB dan sebagian PPP,  sudah tidak lagi solid dalam hal ini. Beda pandangan antara pimpinan dan pendukung partai sudah jelas terlihat.

Terus bagaimana kira-kira peta kekuatan masing-masing kandidat tsb?.

Mari kita ulas dan prediksi!.

1-Anies dan Muhaimin: 

Sebenarnya Anies-Muhaimin hanya mendapat dukungan dari kelompok religi garis keras (PKS), terus kelompok religi pertengahan (Muhammadiyah)  dan kelompok revolosioner seperti mahasiswa dan para terpelajar yang memang mengidolakan sosok dengan pemikiran cerdas.

Walaupun Anies sudah mencoba merekrut wakil dari kalangan Islam moderat yaitu Muhaimin Iskandar,  tetapi di kalangan Islam moderat (Nu) Muhaimin sudah tidak dipandang lagi (dianggap terbuang),  namun sedikit banyak masih punya pengaruh sebagai pilihan alternatif untuk sebagian kalangan Nu,  ini termasuk langkah cerdas strategi Bapak Anies merekrut golongan Nu dengan alternatif yang paling mungkin,  karena memang tidak mudah bagi kelompok Pak Anies untuk merekrut dari politisi Nu yg punya pengaruh

Kelompok Anies yang saya sebutkan di atas dibawah naungan PKS, Muhamadiyah dan kalangan mahasiswa dan pelajar adalah kelompok solid (fanatik) yang tidak mudah ke lain hati,  dan ini perkiraan keseluruhan bisa mencapai 20% dari total pemegang hak pilih nanti.

Tapi ada kabar baik bagi pasangan Anies yaitu ketika Pak Prabowo memilih Gibran sebagai wakilnya.

Ini sebetulnya bisa dikatakan kesalahan Pak Prabowo  yang cukup fatal yaitu melupakan kelompok religi terbesar yaitu Nadhlatul Ulama (Nu), yang bagaimanapun membutuhkan pemimpin yang tegas dan moderat dari kalangan religius, (bukan abangan)

Sebetulnya dari kalangan Nu tidak begitu mempermasalahkan (abangan-nya) Pak Prabowo dengan  kelebihan dan kekurangannya dan berharap  Bapak Prabowo akan mencari pendamping dari yang bukan dipandang sebagai abangan, Namun ketika Pak Prabowo memilih Gibran yang dianggap dari kelompok abangan,  akhirnya banyak dari pendukung Islam moderat yg terombang-ambing menentukan pilihan,  ada yang pelarian dan terpaksa ke pasangan Anies-Muhaimin,  namun sulit untuk lari ke pasangan Ganjar-Mahfud,  karena mereka tidak lagi melihat sosok kandidatnya, tapi melihat siapa yang mengusung mereka yaitu PDI perjuangan, yang bagi mereka sudah alergi terhadap reputasinya.

Maka melihat arus dan dinamisasi yg sedang terjadi perkiraan suara yang diperoleh pasangan Anies-Muhaimin  adalah 32 ~33% atau sepertiga lebih dikit dari total perolehan suara.

2-Pasangan Prabowo-Gibran

Inilah kesalahan fatal Bapak Prabowo,  yang sebenarnya pada awalnya sudah mendapat angin segar dan beliau bisa memilih siapapun dari orang atau politisi asal bukan orang yang dianggap abangan dari ormas religi terbesar yaitu NU.

Jika seandainya Bapak Prabowo memilih Yenni Wahid atau Mahfud Md  misalnya, atau siapapun yg bukan dianggap abangan niscaya Beliau benar-benar sudah di atas angin.

Ini sebetulnya  bisa mengangkat suara Pak Prabowo jika Gibran bisa dianggap  sebagai perwakilan sosok terzalimi  atas Bapaknya Pak Jokowi yang seolah dibuang oleh PDIP yg sekarang di openi oleh PSI,  tapi bisa jadi bumerang kalau ada yang menganggap sebagai perpanjangan dinasti untuk mengamankan dan memperpanjang kelangsungan kekuasaan Bapaknya atau bahkan kl ada yang menganggap ini permainan politik PDIP untuk berdiri di dua kaki secara tidak terang-terangan.

Hal lain kalau memang benar Pak Jokowi dianggap membelot ke PSI dari PDIP juga sebenarnya bisa membuat citra buruk dan reputasi Bapak Jokowi Cs karena memang sebenarnya politik itu butuh keloyalan,  dan keloyalan ini bisa dianggap Pak Jokowi Cs  dianggap berperilaku sebagai kutu loncat.

Hal yang berpotensi  menambah runyam dukungan Pak Prabowo adalah penampilan Gibran ke panggung politik dianggap terlalu dini dan sikap-sikap santuy yang dianggap  publik sebagai sikap kekanak-kanakan sehingga muncul persepsi  publik sebagai politisi karbitan, namun begitu-pun masih ada sebagian yang mendukung pasangan ini dengan alasan-alasan yang utama adalah Pak Prabowonya, dan tidak peduli siapapun wakilnya. Dan yg tidak bisa diprediksi adalah masyarakat Solo Raya yg dari segi jumlah patut diperhitungkan tetap mempunyai keloyalan terhadap dinasti Jokowi.

Untuk total perolehan suara dari pasangan Prabowo-Gibran masih susah untuk diprediksi ya kira-kiralah 32~35% tidak jauh dari Anies 32~33% 

Tetapi seandainya Bapak Prabowo waktu itu mengambil dari pasangan religi  terutama dari kalangan NU ataupun dari politisi mapan seperti Pak Erik Tohir bisa jadi perolehan suaranya bisa mencapai 35%++

3-Ganjar Prabowo-Mahfud Md.

Sungguh sangat berat perjuangan beliau, mereka hanya mengandalkan dukungan Partai yaitu PDI Perjuangan.

Walaupun PDI perjuangan punya pendukung solid, terutama di Jawa Tengah dan Sumatera Utara  dan Bali tapi perkiraan totalnya hanya 20% dari total suara pemilih.

Masuknya Pak Mahfud Md tidak banyak merubah peta perolehan suara, baik dari kalangan NU atau orang-orang Madura,  karena mereka sekali-lagi sudah alergi dengan reputasi partai pengusungnya, mereka sudah tidak lagi peduli dengan profil kandidatnya.

Tapi ini sebenarnya sudah menempuh cara yg paling cerdas mensinergikan pemimpin berpengaruh,  namun sepertinya keuntungan belum sepenuhnya berpihak pada  Beliau.

Ya itulah kira -kira nanti yang di dapat oleh pasangan Ganjar-Mahfud 20%+5%kl beruntung dari kelompok abangan yang totalnya hanya mencapai 25%. atau kurang dari 30% dari total suara.

Nampaknya akan ada persaingan sengit yang hampir seimbang antara pasangan no-1 Anies-Muhaimin Vs  pasangan no-2 Prabowo-Gibran, sedangkan pasangan no-3 Ganjar-Mahfud sepertinya tetap berat sesuai urutan buncitnya, kecuali ada keajaiban yg merubah keadaan.

Mari kita tunggu, apakah ada dinamisasi elektabilitas sejalan dengan berjalannya waktu terkait kampanye-kampanye yang berjalan termasuk penilaian-penilaian dari hasil debat publik yang akan berjalan  atau sudah adanya seperti itu.

Untuk saudaraku,  berikut ini petuah  yang patut dijadikan renungan untuk menentukan pilihan pemimpin.

nasehat menentukan pilihan pemimpin

"pilihlah yang benar, jujur, amanah!" walau belum tentu ia yang menang.

Golput (masa bodoh) adalah tanda keputusasaan, pilihlah yang terbaik diantara yang berkekurangan daripada membiarkan lahirnya pemimpin yang terjelek ketika masih ada sedikit yang lebih baik.

Beginilah kemungkinan terbesar realitas yang akan terjadi antara harapan dan kenyataan 

satu kebaikan akan berhadapan berbagai keburukan dan kebobrokan

maka tingkat kebaikan tertinggi adalah kesabaran menghadapi keburukan dan kebobrokan terutama yang berupa fitnahan dan pemutarbalikkan kebenaran.

Resonansi sebagai renungan ;

beda pemimpin, teman, sahabat dan saudara.

-Pemimpin adalah Imam yang harus mampu secara bijaksana mewakili keputusan yang kita ambil. Apabila kita salah memilih pemimpin maka apa yang akan kita putuskan bisa jadi tidak terwakili bakan bisa jadi terzalimi.

-Teman adalah siapapun yang kita kenal dan mengenal kita dengan baik.

-Sahabat adalah teman tetapi mempunyai kepedulian lebih dengan kita yang saling dapat dipercaya dan selalu saling berbagi hal yang baik.

-Saudara orang lain yang mempunyai hubungan dengan kita, baik secara historis maupun emosi

next:

jika harus memilih :

1-pilihlah orang baik  yg didukung orang orang baik.

2-orang biasa yg didukung orang orang baik.

3-orang biasa yg didukung penguasa yang baik.

dan jangan pilih walaupun ia orang baik tetapi didukung oleh penguasa orang orang yg tidak baik,  karena ia akan hanya menjadi boneka dari penguasa dan orang orang yg tidak baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar