Sabtu, 13 Mei 2017

Pertanyaan Yang Tidak Bermanfaat.

Malu bertanya sesat di jalan, banyak bertanya malu-maluin.
Bukankah orang yang kritis/kritic/peduli itu orang yang harus selalu bertanya?.
Pahami perumpamaan berikut ini  :
Seorang pimpinan sebuah perusahaan menyuruh 2 orang anak buahnya , satu orang pergi ke Jakarta dan yang satu orang pergi ke Surabaya  untuk mengambil dokumen disuatu tempat yang telah ditentukan dan harus kembali sesuai waktu yang ditentukan, kemudian pimpinan memberikan sejumlah uang saku dan perbekalan untuk masing-masing orang yang akan ke Jakarta dan ke Surabaya tadi. Setelah menerima uang saku dan perbekalan, orang yang ke Jakarta tadi langsung melaksanakan tugasnya, berangkat ke Jakarta dan 2 hari kumudian kembali dengan membawa dokumen yang dimakasud.
Sementara itu orang yang akan ke Surabaya tidak lantas melaksanakan tugasnya, tapi lebih banyak bertanya diantaranya, jam berapa harus berangkat, naik apa berangkat ke Surabaya, terus di Surabaya menginap dimana dan banyak pertanyaan lainnya.
Karena ditanya seperti itu maka sang Pimpinanpun yang baik hati memberikan jawaban dan panduan, Berangkat pada hari itu jam 5 petang, naik kereta api, menginap di Hotel Sahid, dll, dll.
Iya, setelah mendapat panduan tersebut orang yang ke Surabaya lantas pergi menuju stasiun yang telah ditentukan sesuai waktu yang ditentukan. Namun di stasiun orang tersebut tidak mendapatkan tiket kereta pada hari itu, lantas dia menelpon pimpinan untuk mendapatkan saran, dan sang pimpinan menyarankan untuk berangkat esok harinya. Iya ia lantas membeli tiket untuk esok harinya, dan karena khawatir ketinggalan kereta semalam ia menginap di stasiun. Esok harinya kereta menuju Surabaya datang, dan ia bisa berangkat dan akhirnya sampai Surabaya. Sampai Surabaya ia menuju kantor untuk mengambil dokumen, ternyata kantor sudah tutup, karena kantor buka setengah hari. Lantas ia mencari penginapan Hotel Sahid untuk mengurus dokumen esok harinya, tapi ternyata Hotel Sahid lagi full booking, akhirnya berputar-putar Surabaya untuk mencari hotel lain.
Singkat cerita setelah melalui jalan yang ribet-ribet untuk mengambil dokumen di Surabaya ternyata orang tadi akhirnya bisa pulang menghadap pimpinan dengan membawa dokumen yang telah ditentukan setelh hampir 4 hari. Wow.., yang ke Jakarta 2 hari saja yang ke Surabaya hampir 4 hari.
Hampir-hampir orang yang ke Surabaya gagal melaksanakan tugasnya.
Coba simak ayat ini : QS, ALbaqorah 69

قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ


Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya".
 Musa menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu.’” Ayat ini menggambarkan bahwa sapi yang harus disembelih memiliki ciri khusus, yaitu tidak terlalu tua namun juga tidak terlalu muda atau sapi pada usia pertengahan. Coba kita cermati, bukanlah tingkat kesulitan pemilihan sapi yang harus disembelih menjadi bertambah? Tadinya simpel, cukup sembarang sapi saja. Boleh yang muda dan yang tua pun tidak mengapa. Namun sekali lagi, karena Bani Israil banyak bertanya pada hal yang tidak perlu, maka tingkat kesulitannya pun ditambah, yaitu sapi yang usianya pertangahan (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda).
Ayat ini harus menjadi pelajaran bagi kita bahwa kalau mendapatkan perintah yang sederhana, lakukan saja sesuai perintah tersebut. Jangan mempersulit diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu. Misalnya, ada dosen yang memerintahkan agar mahasiswa membuat paper atau makalah. Perintah ini simpel, yaitu membuat makalah.  Tetapi kadang ada mahasiswa yang suka mempersulit diri dengan mengajukan pertanyaan yang tidak prinsipil, “Pak, sampul makalahnya warna apa?” “Pak, logo universitasnya perlu dicantumkan atau tidak?” Dan lain sebagainya.  Sekiranya mahasiswa tersebut tidak banyak mempertanyakan hal-hal yang bukan prinsipil, tentu tugas tersebut menjadi sangat sederhana. Sampul warna apa pun bisa dipakai dan logo universitas bisa dicantumkan tetapi bisa juga tidak. Namun karena banyak bertanya untuk hal yang tidak perlu, akhirnya sang dosen pun berkata, “Sampul makalahnya berwarna ungu yang tidak terlalu tua tetapi jangan terlalu muda dan harus mencantumkan logo universitas ukuran 5 X 5 cm dan harus proporsional dengan ukuran kertasnya./

Iya, kriitis untuk bertanya itu perlu, tapi tentu ada adab, tempat dan tata caranya, kalau kita yang beragama Islam untuk soal ibadah apa sih susahnya untuk mengikuti Alquran dan Sunnah?.

Untuk Ilmu pengetahuan justru kita dianjurkan untuk membaca (Iqro') dan tidak ada salahnya untuk bertanya kepada orang yang lebih mengerti.

Untuk ilmu pengetahuan pelajari serta bertanyalah sebisa mungkin kepada yang lebih mengerti sebagai pengetahuan, sedangkan untuk urusan ibadah lakukan saja sesuai sariat sebagai tanda kita yakin dan patuh kepada Rosul dan Allah SWT.

Sekian semoga bermanfaat,
Achmad Budiono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar